Jumat, 30 November 2012

Konstilasi Bintang Biduk - Sebuah Analogi

Terbentang jarak, bertahun- tahun cahaya. Itu pun belum terhitung bagaimana keadaan atmosfer di bumiku: Bagian statosfer terselubung mendung pekat.

Walau begitu, pernah kulihat kau bersinar terang, membuatku tak berkutik. Namun aku tak yakin kau benar- benar tahu tentang keberadaanku. Kukira kau bahagia saat ini. Dan itu yang membuatku sangat gila! Kusangka aku menangis karena kau bersama kebahagiaanmu. Tapi aku salah. Aku terharu, Tuhan sangatlah baik.

Kutahu biduk belum benar- benar padam. Aku pun masih berharap diberi kesempatan. Aku merasakanmu hadir. Namun pada saat itu juga bidukku menghilang. Apakah gugusannya telah hancur melebur bersama diriku?

Dan aku melihatmu, lagi. Benar- benar nyata. Jelmaan yang kuimpikan. Aku lebih tahu bahwa kau melihatku, ini diriku, disini. Sayangnya kau, sekali lagi, mengacuhkanku saat orbitmu dalam jarak terdekat dari bumiku.

Ingin kusampaikan kusangat merindukanmu. Tak sampai berdaya memandangmu dari sini. Inilah kita, kau bintang dengan sinarnya dan aku manusia biasa, yang masing- masing dari kita tak mampu mengungkapkan penderitaan ataupun kebahagiaannya.

/ 27-01-12/ 04-02-12/ 27-07-12/ 14-08-12/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar