Rabu, 26 November 2014

CERPEN: BE NO ANGEL

BE NO ANGEL

Oleh: Phyra Hysteria/ Cyan Fixion

Ada malaikat neraka yang kusuka. Di kebun surga ini dia hanya bermain-main dengan menebar senyum menawan di bibirnya. Dia adalah penyiksa tak berperasaan. Matanya tajam memancarkan hatinya yang licik. Dia sering diam-diam kemari menganggu gadis-gadis berkebun, terutama Carol― yang memiliki sayap putih bersih dan dia adalah pemimpin kami di kebun mawar surga ini.

Suatu kali malaikat neraka itu memetik setangkai mawar di dekatku. Kelopak bunga dan tangkai yang dia pentik pun berubah warna menjadi hitam kelam.

“ Ini untukmu saja,” katanya kepadaku.

Kupandang mawar hitam itu.

“ Kalau tidak suka akan kubuang,” katanya. “ Lagipula warnanya hitam,” dia mencibir.

“ Kau tidak boleh membuangnya, sayang kan..” kuraih mawar itu darinya dan kuletakkan di dasar keranjangku.

Malaikat itu tersenyum manis.

Ketika aku akan pergi, dia menyeletuk. “ Aku Sinister.”

Lama kutahan keinginanku menyebutkan namaku. Tapi aku tidak bisa menahannya selamanya. “ Elda.”

Sejak saat itu kami berteman. Sinister tidak lagi sering menganggu Carol. Dia menemaniku memetik bunga-bunga mawar setiap hari. Sayangnya hal itu membuat malaikat-malaikat lainnya di kebun ini mengadukanku pada Carol. Aku diberi peringatan.

“ Elda..”

“ Sstt… Elda..”

Suara bisikan itu berasal dari semak-semak tebal di sisi kebun. Aku pun mendekat ke sana. Kulihat ada bayangan hitam yang bila kudekati semakin menyerupai sosok Sinister.

“ Kudengar kau diberi peringatan,” katanya seolah tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.

“ Benar,” kataku sambil merunduk.

Dia kelihatan sedang berpikir.

“ Elda, kau sedang apa?” seseorang menyeru di belakangku.

“ Ada kelinci. Aku melepaskan semak-semak nakal ini dari kakinya,” seruku.

“ Kau berbohong,” Sinister menyipitkan matanya yang licik itu padaku. “ Bagus,” dia nyengir, “ Jadi, Elda, besok kau akan menyelamatkan seekor kelinci lagi disini.”

Aku tidak pernah berbohong sebelumnya. Hanya sekali. Tentang kaki kelinci yang tersangkut di semak-semak waktu itu. Tetapi Sinister membuatku melakukannya setiap hari. Setiap setelah mengumpulkan hasil panen aku selalu beralasan ingin mengejar dan bermain dengan kelinci itu di luar kebun. Padahal aku menemui Sinister di padang ilalang.

“ Mengapa kau selalu menurutiku?” suatu kali dia bertanya.

“ Kita berteman, kurasa..” aku tidak begitu yakin dengan jawabanku.

Dia terkekeh. “ Malaikat surga ini polos sekali..”

“ Lalu mengapa kau selalu menyuruhku berbohong untuk menemuimu?” tanyaku.

“ Simpel,” lanjutnya, “ Sebab aku menyukaimu.”

Seolah kudengar sayatan sebuah lengkingan gitar neraka yang bunyinya seperti petir. Sesuatu di dalam dadaku bergerak semakin cepat temponya. Semakin rumit ritmenya.

“ Kau menyukaiku?” tanyanya kemudian.

“ Tentu saja,” kataku.

Sinister tersenyum. Kali ini, kurasa, senyuman itu berbeda. Senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ada ketulusan disana.

“ Maksudku.. apa kau merasa sangat sangat menyukaiku? Menyukaiku sampai kau merasa seperti kau hampir gila.. Kau mau melakukan semua yang kuminta. Apa kau tidak sadar itu?”

“ Tapi aku tidak merasa gila. Aku hanya ingin menemuimu. Sebab.. aku ingin menemuimu saja..” kataku.

Sinister tersenyum lagi. Dia juga meraih tanganku. Ketika dia menggenggamnya, aku merasa nyaman.

Semakin sering kucuri waktuku untuk diam-diam menemuinya, kami semakin dekat setelah itu. Dia pun memberiku sebuah makna baru dalam kata ‘cinta’. Bagiku cinta kini tidak hanya memiliki arti sayang yang biasa saja, tetapi juga perasaan rumit tentang hubunganku dengan Sinister. Sesuatu yang membuatku selalu bahagia bersamanya.

Hingga suatu kali dia bercerita tentang dirinya dan Carol. Intinya dia pernah menyukai Carol. Tetapi Carol bukan tipe malaikat pembangkang sepertiku. Semakin jauh dia menguak tentang Carol, menurut pandangannya, semakin benci ia padanya.

“ Menurutku dia termasuk jahat di kalanganmu. Seolah dia menyembunyikan trisula beracun di punggungnya..”

“ Dia hanya tegas.. dan patuh,” kataku.

“ Ya ampun.. bahkan kau tidak merasa cemburu,” gumamnya. Lalu Sinister menatapku dalam, dia berkata penuh kehati-hatian. “ Kau tahu, kau berbeda. Kau adalah bunga terindah yang pernah ada di jagad raya. Seperti halnya mawar-mawar yang kau panen.”

Aku tersenyum. Tidak bisa kupungkiri aku merasa tersipu.

“ Aku senang bertemu denganmu, Elda..” lalu untuk pertama kalinya dia menciumku.


“ Aku sudah tidak bisa membiarkanmu, Elda,” Carol menyidangku. Hanya ada kami berdua di ruangan ini. “ Kau masih menemuinya. Aku sebenarnya tahu soal kelinci itu sejak lama. Kau kira aku pandai dibohongi? Oh, bahkan kau pandai berbohong sekarang!

“ Elda, jangan menaruh hati padanya. Kau tahu dia adalah penyiksa, malaikat terkutuk dan licik dari neraka. Dia tidak punya belas kasih, penuh bujuk rayu, penjilat, penuh tipu muslihat. Kau hanya dipermainkan. Kau tahu namanya. Sinister, kan? Dan apa arti dari namanya?

“ Dengar, aku sudah tidak tahan lagi ingin melaporkan kalian pada Malaikat Tertinggi. Tapi sungguh berat jika harus melaporkan dirimu.”

Jika dia melaporkan pelanggaran yang kubuat pada Malaikat Tertinggi maka aku bisa disirnakan dan juga Sinister. “ Carol, kumohon jangan..” pintaku. “ Aku minta maaf.”

“ Apa barusan kau meminta maaf?” Carol pun tahu bagi kami dengan meminta maaf berarti kami menyesal dan menyadari bahwa yang pernah kami perbuat itu salah. Dia hanya ingin memastikannya sekali lagi.

“ Ya, Carol. Aku minta maaf atas semua tindakanku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” kataku. Dan ketika kami berjanji, kami tidak akan pernah mengingkarinya. “ Tapi aku memohon untuk kali ini saja. Biarkan aku menemuinya sekali lagi. Akan kupastikan dia tidak akan menemuiku ataupun datang ke wilayah surga lagi.”

Carol diam agak lama. Raut wajahnya tenang ketika mengangguk.

“ Baiklah.”



Sebelumnya aku meminta Sinister untuk menemuiku di perbatasan antara surga dan neraka. Rupanya dia sudah lama duduk menungguku di rerumputan yang berbunga harum.

“ Carol mengetahuinya,” kataku. “ Aku tidak bisa melanjutkan ini lagi atau dia akan melaporkan kita pada Malaikat Tertinggi.”

“ Sudah kuduga itu akan terjadi. Aku pun sudah menimbang-nimbang, Elda.. Kita bisa memotong sayap kita dan menjadi manusia di bumi,” katanya.

Diam. Aku ingat ada sebuah cerita tentang seorang malaikat yang dipotong sayapnya untuk menjalani hukuman sebagai seorang manusia. Dia ditugaskan menemani seorang nenek tua sebatangkara di bumi. Yang kudengar ketika sayapnya terpotong, dia merasakan sakit seperti mengalami beribu-ribu kali kematian.

“ Kau tidak mau?” Sinister menatapku frustasi.

“ Aku sudah berjanji.”

“ Kau boleh mengingkarinya. Ingat saat kau berbohong tentang kelinci itu. Sama mudahnya seperti itu,” lanjutnya, “ Elda, kita tidak bisa membuang jauh-jauh perasaan kita. Aku pun sudah melihat banyak hal tentang manusia. Mereka buruk, hampir sama sepertiku. Tapi mereka boleh saling mencintai.. Pikirkan itu.”

Aku menjadi bimbang mendengar kata-katanya barusan. Benar adanya manusia adalah makhluk yang punya sifat buruk, tapi mereka dianugerahi cinta yang tiada batasnya.

“ Biar kuambil kapakku..” Sinister merendahkan kepalanya supaya bisa menatap ke mataku. Dia benar-benar pintar untuk bisa membuatku mengiyakan kemauannya. Beberapa saat setelah dia terbang ke neraka, Sinister pun kembali bersama kapaknya.

“ Kau siap?” kelihatannya Sinister sudah mantap dengan keputusannya.

“ Sinister..” lirihku, suaraku penuh getar. Pandanganku lurus ke belakangnya. Kulihat sekumpulan malaikat neraka seperti dirinya terbang ke arah kami. Mereka semua bersenjata.

“ Lari!” Sinister berseru padaku.

Sementara dia bertarung aku berlari menuju bagian dalam surga. Namun Carol muncul di hadapanku bersama beberapa malaikat surga lainnya.

Kemudian kudengar suara jeritan derita dan kesakitan tiada akhir milik Sinister di belakangku. Kubalikkan badanku. Kapaknya sudah tersingkir jauh darinya. Tubuhnya yang tergeletak di atas rerumputan harum itu bersimbah darah dan sayapnya sudah terpisah dari punggungnya. Dia menjadi manusia. Tak bedaya.

Saat itu juga aku memekik. Aku sadar bahwa Carol telah menjebak kami. “ Kenapa?” kataku marah juga kecewa.

“ Sudah kubilang aku tidak ingin melaporkanmu pada Malaikat Tertinggi,” jawabnya.

“ Sekarang siapa yang menipu, Carol?”

“ Siapa yang selalu berbohong, Elda?” Carol melanjutkan, “ Jika aku mempertahankan pikiran yang sama denganmu, aku juga akan hancur. Aku sedang berusaha menyelamatkanmu.”

Kusipitkan mataku. “ Kau cemburu. Kau cemburu karena kami sebenarnya punya kesempatan hidup bersama di bumi.”

“ Cemburu? Perbuatan kalian terlarang. Apa pula menyenangkannya menjadi manusia? Makhluk-makhluk itu hanya mengotori dunia.”

“ Kau lebih picik dari mereka. Kau arogan dan egois!” tekanku membuat mata Carol melotot.

Lalu dengan cepat Carol mampu menguasai dirinya. “ Aku masih malaikat surga, Elda. Kau hanya punya satu kesempatan saat ini. Kembalilah.”

Aku sudah malas berkata-kata lagi sehingga kutolak tawarannya dengan berjalan ke arah perbatasan.

Kukejar malaikat-malaikat neraka yang terbang membawa tubuh Sinister. Mereka melemparnya ke neraka. Sebelum terlambat, kupercepat kepakan sayapku dan kuraih kedua tangannya. Licin.

Sinister meringis padaku. Dia tidak mampu berkata-kata karena betapapun sakitnya terpisah dari sayapmu itu seperti kehilangan nyawamu ribuan kali.

“ Aku akan membawamu ke bumi,” kataku.

“ Tidak,” dia melepaskan satu tangannya dari peganganku.

“ Kenapa?” kataku frustasi sambil menahan satu tangannya dengan kedua tanganku. “ Kau tidak ingin tinggal bersamaku?”

“ Rasanya sakit sekali, Elda. Sudah cukup aku menyiksamu dengan semua ini.”

“ Tidak. Aku terlalu plin-plan. Dia janji tidak akan melaporkan kita. Carol memang brengsek!” aku benar-benar mencapai klimaksku.

“ Elda.. Elda.. Kembalilah ke kawanmu,” tangannya yang bebas meraih pergelangan tanganku. “Aku mencintaimu. Sekarang biarkan aku menjalani siksaanku..” dia pun membuat tanganku melepaskannya.

“ Terimakasih,” dia tersenyum dan mulai jatuh ke neraka.

Aku menjerit. Air mataku menetes deras. Sinister salah. Kehilangannya lebih sakit daripada harus merasakan kematian beribu-ribu kali.


Kudekati kapak yang tergeletak bersimbah darah di perbatasan antara surga dan neraka. Disini aku menjadi pemilik kapak itu dan akan tinggal selamanya. Aku tidak menyesal telah menolak untuk pulang. Bagiku tidak mungkin untuk menanti masa hukumannya yang kekal. Aku hanya ingin sendiri dan menangis tiada hentinya setiap kali mendengar Sinister melolong kesakitan.

Dulu dia selalu bersemangat menceritakan bagaimana rasanya melakukan penyiksaan dan mendepak orang-orang yang disiksanya memohon belas kasihan. Bagiku itu sangat mengerikan. Aku selalu meringis bila mendengarnya lalu pura-pura tersenyum ketika dia menatapku penuh sayang. Sekarang dia merasakan siksaan yang sama untuk selamanya.

...

1 komentar:

  1. Ingin mengisi waktu luang dengan mendapatkan pendapatan lebih?
    Segera bergabung bersama kami, S128Cash Agen Judi Online Terpopuler dan Terpercaya.
    Hanya dengan bermodal Rp 25.000,- Anda sudah memainkan semua permainan yang tersedia, seperti :
    - Sportsbook
    - Live Casino
    - Sabung Ayam Online
    - IDN Poker
    - Slot Games Online
    - Tembak Ikan Online
    - Klik4D

    S128Cash juga menyediakan berbagai PROMO BONUS Menarik, yaitu :
    - BONUS NEW MEMBER 10%
    - BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
    - BONUS CASHBACK 10%
    - BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !!

    Untuk informasi lebih lanjut, hubungi kami melalui :
    - Livechat : Live Chat Judi Online
    - WhatsApp : 081910053031

    Link Alternatif :
    - http://www.s128cash.biz

    Judi Bola

    Bola Judi

    BalasHapus