Sabtu, 22 November 2014

Cerpen: Melodia

MELODIA
Oleh: Phyra Hysteria/Cyan Fixion

Sorot lampu panggung meredup. Nyala lampu-lampu handphone penonton bagaikan kerlap-kerlip bintang di seluruh penjuru stadium. Mereka semua bersorak. Semua orang di panggung tersenyum, begitu juga denganku.

“ Sebuah lagu terakhir..” kataku membuat penonton bersorak lebih riuh seperti ada jeritan ketidakadilan yang tersirat disana. Kupaksa mereka mendengarkan melodi pianoku, sebuah intro lagu yang beberapa minggu lalu kubuat dan belum pernah kami mainkan sebelumnya.

Lambat laun, suara mereka mereda. Lampu menyorot panggung lebih terang dari sebelumnya. Biola dari orkesta tamu kami mulai mengiringi permainanku. Suara gitar dan bas menyusul. Suara drum mengikutiku bagaikan gugahan simponi dari suatu tempat yang membahagiakan.

Aku mulai bernyanyi. Sebuah flashback tersimpan di setiap liriknya. Tentang angin yang menghembuskan rambut kecoklatannya. Tentang matanya.. senyumnya, pipinya.

Pertama kali kulihat dirinya, jari-jarinya sedang merengang selagi lengannya perlahan terangkat untuk menikmati angin dengan harum ilalang di pematang sungai pinggiran kota. Tubuhnya yang kecil itu akan terus tumbuh. Rambutnya akan memanjang. Suaranya akan lebih nyaring dari bunyi lonceng. Saat kudengar itu, dia sedang berlarian bersama anak-anak di sebuah piknik liburan musim panas.

Melodia Brisa, begitu aku menyebutnya. Aku tidak bisa memikirkan nama lain. Dia cukup dekat dengan angin. Melodi alam yang bisu namun dapat menggugah apapun untuk bernyanyi. Bagaikan malaikat surga, dia selalu menguatkanku dengan sayap-sayap transparannya.

Tangannya yang halus pernah kugenggam suatu siang jauh di atas rerumputan pegunungan. Rambutnya yang dibelai angin menerpa wajahku saat itu. Caranya menyembunyikan rasa tersipunya padaku selalu membuatku tersenyum sampai saat ini.

Dia selalu menunjukkan cerita-cerita bahagianya pada orang lain, padaku. Fantasi-fantasinya terbang melampaui bintang-bintang yang kucintai. Gerbang dunia fiksi terbuka lebar di benaknya dan dia sudah terjebak begitu lama di dalamnya. Perasaanku menjadi sangat hancur, ia tidak lagi bisa tumbuh menjadi seorang gadis dewasa. Apakah aku bisa membebaskannya?

Dia selalu benci dengan realita. Mimpi buruknya adalah kembali ke dalam realitanya sebagai manusia yang tidak dikenal. Khayalan tidak pernah bisa berjalan beriringan dengan kenyataan. Sebab terkadang kenyataan tidak mendukung apapun impianmu itu. Bagiku, “ Realita adalah realita. Mau tidak mau kita akan tetap menjalaninya.” Begitulah yang pernah kukatakan padanya ketika kekecewaan dan rasa takutku bersatu membuatku ingin menyerah saja.

Namun, aku melihatnya menangis suatu kali. Saat itu sedang turun hujan. Kutahu situasinya, seolah dia sudah tidak bisa kembali lagi ke dalam dunia khayalannya. Pintunya tertutup dan dia kebingungan mencari-cari cara untuk membukanya. Perasaanku menjadi miris walau di satu sisi aku menyukai keadaannya.

Dirinya mungkin saja sudah hampir gila. Caranya memandang dunia yang tidak biasa membuatnya tidak tahu bagaimana caranya menjalani realita, sebab dalam persepsinya kenyataan merupakan sebuah tirani.

Aku memeganginya dan tersenyum padanya. Aku berharap dia akan menemukan jawabannya. Dia tidak akan mendapatkan senyuman ini menjadi terlalu nyata dalam fantasinya. Aku mencintainya. Hal itu juga tidak akan dia dapatkan dalam fantasinya. Dia mencintaiku. Hal itu terlalu nyata bagi kami berdua. Dia fantasi tertinggiku. Apakah dia akan menganggapnya sama?



Atmosfer panas yang sebelumnya meledak di stadium perlahan berubah menyejukkan. Bintang-bintang diantara para penonton yang berkelap-kelip menghilang satu per satu hingga kegelapan menciptakan keheningan. Aku sudah kembali ke panggung menyadari bahwa kini aku juga bungkam. Tidak ada melodi yang tersisa lagi malam itu. Tepuk tangan yang sangat istimewa kemudian membahana.

Kulihat hanya ada bayangannya diantara lautan penonton malam ini. Entah dimana dia. Dia akan tumbuh menjadi lebih dewasa dan akan kunanti saat itu tiba untukku menemaninya selamanya.

Walau aku tak bisa mewujudkan dunia impiannya. Aku ingin membuatnya tersenyum dengan lagu ini, hanya itu yang dapat kulakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar