Minggu, 18 Agustus 2013

KEMISKINAN DI JEPANG

Jepang pernah hancur dan porak- poranda dalam perang dunia II akibat pengeboman Amerika Serikat terhadap dua kota besar Hiroshima dan Nagasaki. Di masa ini Jepang telah bangkit kembali dan berubah menjadi salah satu macan di Asia sebagai negara yang maju dan modern.


Namun di tengah hiruk- pikuk kemajuan Jepang itu, masih adakah orang miskin disana?

Mungkin dan tidak mungkin. Di Jepang sendiri sebagai negara yang terpandang sangat maju pun ada kemiskinan walaupun kecil angkanya.

Masyarakat Kelas Menengah
Mitos mengenai “Jepang sebagai masyarakat setara” telah tertanam begitu kuat dalam benak masyarakat, kesadaran tentang kemiskinan sebagai suatu masalah sosial di Jepang menjadi sangat rendah. Karena identitas “kelas menengah” begitu mengakarnya, isu kemiskinan dan ketidaksetaraan tidak menjadi bagian dari agenda politik nasional sepanjang 1970an hingga 1980an, dikarenakan perkembangan ekonomi Jepang yang mencapai dua digit dan standar hidup yang meningkat pesat. Keefektifan kebijakan sosial dalam memerangi kemiskinan dan ketidaksetaraan tak pernah dipertanyakan, dan kemiskinan pun “terlupakan”. Pemerintah tidak lagi mengumpulkan data statistik terkait kemiskinan sejak tahun 1960an, dan bahkan hingga sekarang tidak ada statistik resmi angka kemiskinan di Jepang.

Kemiskinan menjadi isu belakangan di tahun ini. Pada pertengahan 2000an, angka kemiskinan relatif di Jepang tercatat sekitar 15 persen. Masyarakat Jepang kebanyakan tidak menyadari tentang “kemiskinan” di sekitar mereka, karena orang-orang miskin yang bermunculan acap kali “tak terlihat”, dalam artian bahwa standar kehidupan mereka rendah.

Kondisi Sosial
Berdasarkan beberapa artikel yang telah kami baca, berikut merupakan gambaran sekilas tentang kondisi orang- orang miskin di Jepang.

Beberapa waktu yang lalu kita pernah dikejutkan dengan berita kematian seluruh anggota sebuah keluarga di sebuah apartemen di Jepang dengan kondisi mayat- mayatnya sudah membusuk. Diduga bahwa kelaparanlah atau bunuh diri yang telah menyebabkan kematian mereka.

Keluarga tersebut tidak termasuk keluarga yang terdaftar keluarga miskin yang rutin dikunjungi oleh pemerintah. Orang- orang yang tinggal disekitar pun tidak pernah mengetahui bahwa apartemen tersebut ternyata ditempati. Mungkin karena keluarga itu malu menunjukkan diri bahwa standar kehidupan keluarga itu rendah. Dilaporkan seorang tetangga pernah membujuk untuk menghubungi dinas bantuan saat si ibu dari keluarga tersebut meminjam uang setahun sebelum kematiannya.

"Sejumlah orang berupaya untuk tidak mau menerima bantuan atau mengontak pemerintah daerah setempat," kata seorang pengamat sosial Takeshiro Yoshida kepada koran Asahi Shimbun.

Seperti halnya di Indonesia, di Jepang ada pula tunawisma yang meminta- minta. Setiap malam ada diantara mereka yang tidur di ruang terbuka, seperti trotoar, depan stasiun, emperan toko, ada pula yang mendirikan tenda di gang- gang buntu atau di taman.

Dimanapun, tetapi khususnya, di Jepang kemiskinan berujung kepada kematian, lebih dari 700 orang meninggal karena kelaparan sejak tahun 2000, menurut departemen kesehatan. Bulan lalu, dua kakak beradik perempuan berusia 40-an -salah seorang diantaranya cacat mental- ditemukan meninggal karena kedinginan di Hokkaido.

Banyak pihak yang khawatir angka ini akan meningkat karena tingginya angka penggangguran pada pria setengah baya dan juga dampak bencana tsunami dan gempa 11 Maret beberapa tahun lalu.

Ketenaga- kerjaan
Satu dari setiap tiga pekerja di Jepang sekarang memiliki pekerjaan yang tidak teratur. Sementara beberapa pekerja tidak mau pekerjaan tetap, banyak dari mereka. Menghadapi masalah mereka sendiri karena resesi, banyak bisnis telah melepas banyak pekerja yang tidak teratur. Banyak orang di usia 20-an dan 30-an tidak dapat menemukan pekerjaan permanen.

Generasi Jepang berusia 39 tahun ke bawah banyak yang memilih bekerja paruh waktu atau sistem kontrak. Dibandingkan pekeraan tetap yang memberikan jaminan yang lebih baik, posisi mereka sangat rentan ketika terjadi krisis ekonomi karena status pekerjaan yang tidak tetap. Jika sewaktu- waktu terjadi krisis mereka dapat diberhentikan dari pekerjaan tersebut.

Ekonomi

Angka-angka dari tahun 2007 menceritakan kisah menakutkan di antara jutaan dari 45.430.000 orang yang bekerja sepanjang tahun. Di bagian bawah, 3.660.000 orang memperoleh ¥ 1.000.000 atau kurang. Bergerak naik menjadi antara 1 dan 2 juta yen, ada 6.660.000 orang. Sebanyak 10,32 juta orang mendapat dibawah 2 juta yen untuk tahun ini, jumlah yang sangat kecil di Jepang. Sebagian ekonomi telah terus menurun, jumlah ini mungkin jauh lebih besar sekarang.

Sebelum terkena tsunami, ekonomi Jepang telah menyimpan masalah serius. Mereka menderita penyakit 3D, yaitu Depression, Deflation, dan Demographic. Ekonominya mengalami Depresi dan terjebak dalam Deflasi yang berkepanjangan, sementara populasinya menua (Demografi). Saat terkena tsunami, mereka mendapat derita dua tambahan “D” lagi, yaitu Disaster dan Destruction. Gabungan 5D tersebut dapat membawa masalah besar yang berujung pada penyakit persisten ke 6 yang selama ini menggayuti ekonomi Jepang, yaitu DEBT (hutang).

Kebijakan dan Strategi Pemerintah Jepang

Berikut merupakan bunyi dari konstitusi di Jepang, Pasal 25: All people shall have the right to maintain the minimum standards of wholesome and cultured living. In all spheres of life, the state shall use its endeavors for the promotion and extension of social welfare and security, and public health.

Ternyata pasal 25 di dalam konstitusi Jepang memiliki bunyi yang mirip dengan pasal yang sangat terkenal dalam konstitusi Indonesia, yaitu pasal 34 UUD 1945: (1) Fakir miskin dan anak- anak yang terlantar dipelihara oleh negara. (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Cetak biru utama kebijakan sosial Jepang adalah skema asuransi sosial semesta, yang dilengkapi dengan program-program kesejahteraan dan bantuan sosial lainnya yang relatif kecil. Empat program asuransi sosial Jepang adalah: Dana Pensiun (diberikan bagi pensiunan, penyandang cacat, dan bagi korban kecelakaan yang selamat), Asuransi Kesehatan Publik, Tunjangan Pengangguran, dan Perlindungan Jangka Panjang. Bahkan jaminan sosial juga diberikan kepada warga asing bukan penduduk tetap Jepang.


Namun sistem perlindungan sosial dan sistem pajak di Jepang tidak seefektif di negeri-negeri lain dalam hal mengurangi ketidaksetaraan dan, terutama, kemiskinan. Hal ini dikarenakan sistem perlindungan sosial Jepang pada umumnya didasarkan pada program asuransi sosial. Lebih dari 70% anggaran untuk program perlindungan sosial diperuntukkan untuk program asuransi sosial kelompok lanjut usia. Sistem asuransi kesehatan publik dan dana pensiun menghabiskan porsi terbesar pengeluaran dana keamanan sosial, atau hingga 24% dari total pendapatan nasional.

Oleh sebab itu perpindahan dana umumnya bersifat antar-generasi, dalam arti bahwa itu terjadi dari kelompok usia kerja menuju kelompok lanjut usia, bukan dari yang kaya menuju yang miskin. Juga, manfaat yang didapat dari skema asuransi sosial tidak selalu bersifat progresif. Manfaat tersebut didapatkan seseorang atas dasar kontribusi orang bersangkutan sebelumnya (dalam arti dihitung dari premi yang pernah ia bayarkan sebelumnya) dan bukan didasarkan pada “tingkat kebutuhan”. Itulah sebabnya, individu- individu miskin yang tidak berkontribusi banyak tidak dapat menerima manfaat perlindungan sosial yang sama dengan individu- individu yang lebih kaya.

Ini merupakan tugas kelompok untuk Ilmu Sosial Dasar. Dikumpulkan dari berbagai sumber :)

Makalah Perkembangan Peserta Didik Usia Remaja

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Semester 2
Dosen Pembimbing : Itsna Iftayani, M. A 

Disusun Oleh: 
Lilis Setyowati
Mar Atus Sholikhah
Nurhidayati Ali
Puspa Dewi Purnama
Sarwendah Noor Aishah

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS 
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa- masa yang sangat berwarna bagi seseorang. Dalam tahapan ini, seorang remaja memiliki kecenderungan untuk mencari hal-hal baru dalam rangka mencari jati dirinya. Remaja akan berusaha mencari tahu segala hal yang ada di dalam dirinya dan hal- hal yang ada di lingkungan luar.

Tentu saja akan muncul banyak hal yang akan menjadi masalah bagi remaja dalam mengarungi masa remaja ini. Apalagi sekarang ini seiring semakin pesatnya perkembangan zaman, ada banyak sekali hal-hal yang mungkin saja dapat membawa pengaruh buruk bagi perkembangan remaja. Jika para remaja tidak pandai-pandai dalam menyikapi perkembangan zaman ini, bisa saja mereka terjebak dalam situasi yang akan berdampak buruk pada diri mereka sendiri maupun lingkungan di sekitar mereka. Remaja jelas membutuhkan perhatian yang besar dari para orang tua,guru,maupun pihak- pihak yang bertanggung jawab pada perkembangan diri remaja. Selain itu, para remaja juga harus mampu bersikap bijaksana dalam menyikapi masa remaja ini.

Untuk itu, kami berusaha untuk membahas secara lebih mendalam mengenai hal- hal yang berkaitan dengan diri remaja agar kita tahu bagaimana sebenarnya perkembangan remaja serta hal- hal apa saja yang berkaitan pada diri remaja. Contohnya kondisi sosioemosional remaja,kemandirian remaja,moral remaja,serta kepribadian remaja. Hal ini dirasa perlu karena dengan mengetahui hal-hal tersebut,kita dapat mengenali secara baik diri seorang remaja.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik perkembangan dalam diri remaja?

2. Bagaimana kondisi sosioemosional, moral, kemandirian, dan kepribadian pada masa remaja?

C. Manfaat penulisan

1. Agar mengetahui bagaimana perkembangan dalam diri remaja.

2. Agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pada diri remaja.

D. Tujuan penulisan

1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

2. Untuk memperdalam pengetahuan khususnya bagi penulis dan pembaca tentang perkembangan pada diri remaja dari segi karakteristik dan kondisi sosioemosional, moral, kemandirian serta kepribadiannya.


BAB II 

PEMBAHASAN 

A. Masa Remaja


Masa remaja merupakan masa yang sebagian besar diarahkan pada hubungan dengan teman sebaya. Masa ini merupakan masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada pengembangan pribadi sendiri. Pada masa ini remaja lebih menyukai mengembangkan harapannya terhadap orang lain serta menaruh perhatian terhadap perilaku jujur, keadilan, dan sikap membalas jasa.

Ciri- ciri utama pada masa remaja:
a. Ciri primer
Di tandai dengan datangnya menstruasi pertama bagi wanita, dan produksi cairan pada laki laki.
b. Ciri sekunder
Perubahan pada bentuk tubuh pada kedua kelamin.
c. Ciri tersier
Yang tampak pada perubahan tingkah laku.

Karakteristik pada masa remaja:
1. Masa terbangun kepribadian,
2. Masa menemukan dirinya,
3. Masa menemukan nilai hidup,
4. Punya cita- cita,
5. Menghayati hal religius,
6. Mengalami masa kemelut ( krisis),
7. Terjadi revolusi jiwa,
8. Terjadinya pertentangan yang besar antara perasaan, pemikiran dan kemauan,
9. Timbul kritik kuat,
10. Rasa akunya (egois) menjadi lebih kuat,
11. Pandangan ke dunia luar subjektif,
12. Suka bersahabat dan jatuh cinta,
13. Puber laki – laki bersifat intelektual, dan
14. Puber wanita bersifat emosional / individu dan konkret

Pada masa remaja ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi karena remaja berada tidak terkendali, dan tampak irisional tetapi dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Perbedaan perkembangan emosi pada anak- anak dan remaja terletak pada ungkapan emosi mereka. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahya dengan cara gerakan amarah yang meledak- ledak melainkan dengan cara menggerutu, tidak mau berbicara atau secara keras mengkritik orang- orang yang menyebabkan amarahnya.

B. Sosioemosional Remaja

Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila akhir remaja “tidak” meledakkan emosinya di hadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima, salah satu tugas perkembangan remaja yang sangat sulit adalah yang berhubungan dengan penyesuain sosial.

Berikut adalah beberapa konsep dalam perkembangan sosioemosional pada masa remaja hingga dewasa :

1. Identitas, tahapan selama remaja adalah berpusat pada siapa saya. Perubahan pubertas memerlukan remaja untuk mengubah konsep fisik mereka, menyesuaikan diri terhadap harapan-harapan teman dan keluarga secara membuat keputusan tentang peranan dan tingkah lakunya.

2. Otonomi, perkembangan kepribadian lain yang penting pada masa remaja adalah tuntutan otonomi yang bertambah untuk menentukan dirinya sendiri kesadaran remaja untuk berkembang sama seperti orang dewasa yang sedang berkembang dan kemampuan mereka untuk menganalisis dan dan memperbaiki rencana mereka menjadi bertambah sulit jika mereka menerima pengarahan orang dewasa.

3. Keintiman, belajar mengembangkan komunikasi yang akrab dengan teman lawan jenisnya maupun maupun teman sejenis adalah salah satu tugas remaja yang penting. Keakraban dengan teman sejenis lebih mudah karena mereka mempunyai perubahan yang sama dan biasa bagi mereka.

Pada fase ini remaja lebih menyesuaikan gambaran dirinya terhadap rekan sebayanya. Masa remaja dalam kehidupan sosialnya lebih tertarik dengan kelompok orang yang sebaya dengannya. Ketertarikannya ini mendorong terjadinya perkumpulan yang disebut “geng”. Alasan mengapa remaja bergabung dengan “geng” (kelompok) karena mereka beranggapan bahwa kelompok tersebut dapat atau mampu memahami dan mengerti mereka sekaligus sebagai tempat mencurahkan isi hati, tempat melampiaskan perasaan tertekan serta untuk saling bertukar pengalaman.

C. Moral Remaja

Kata moral secara etimologis berasal dari bahasa Latin, yaitu mos (jamak: mores) yang berarti adat atau kebiasaan.

Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai- nilai di masyarakat dan dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.

Perkembangan moral dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu:
1. Pendidikan Langsung, yaitu penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah.
2. Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya.
3. Proses Coba- coba (trial and error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba- coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.

Perkembangan moral dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: tingkat prakonversional, tingkat konvensional, dan tingkat pascakonvensional. (Lawrence Kohlberg).

Dari ketiga tingkat tersebut Kohlberg membagi menjadi enam tahap:
1. Orientasi pada hukuman dan ketaatan
Tahap ini menekankan pada akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik dan buruknya. Seseorang akan menghindari hukuman lebih dikarenakan rasa takut, bukan karena hormat.
2. Tahapan orientasi hedonis
Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang memuaskan kebutuhan individu sendiri, tetapi juga kadang mulai memerhatikan kebutuhan orang lain. Hubungan lebih menekankan unsur timbal balik dan kewajaran.
3. Orientasi anak manis
Pada tahap ini anak memenuhi harapan keluarga dan lingkungan sosialnya yang dianggap bernilai pada dirinya sendiri. Unsur pujian menjadi penting dalam tahap ini karena yang ditangkap anak adalah orang dipuji karena berlaku baik.
4. Orientasi terhadap hukum dan ketertiban
Orang mendapatkan rasa hormat dengan berperilaku menurut kewajiban.
5. Orientasi kontak sosial legalitas
Terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal nilai dan pendapat pribadi.
6. Orientasi suara hati
Mengacu pada pemahaman logis menyeluruh, universal, dan konsistensi yang telah dipilih sendiri.

Adapun aktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan moral adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga
Orang tua adalah tokoh percontohan utama bagi anak- anaknya termasuk di dalam kehidupan sehari- hari. Namun sering kali kita jumpai dalam soal keagamaan hal itu seakan- akan terabaikan sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak tidak sesuai dengan ajaran agaman dan bersikap materialistik.
2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik
Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang individualistik dan matrealistik. Sehingga kadang kita menemukan di dalam mengejar kemewahan tersebut mereka sanggp berbuat apa saja tanpa menghiraukan hal itu bertentang dengan agama atau tidak baik.
3. Tekanan psikologi yang dialami
Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah, misal karena ada perceraian atau pertengkarang orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.
4. Gagal dalam studi/ pendidikan
Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan mempunyai waktu senggang yang banyak jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik- baiknya bisa menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan dengan hal- hal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.
5. Peranan media massa
Masa remaja adalah masa dimana seseorang mudah untuk dipengaruhi karena posisi mereka dalam proses mencari indentitas diri sehingga dengan mudahnya mereka meniru atau mencontoh apa yang dilihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan dan sebagainya.
6. Perkembangan teknologi modern
Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.

Lingkungan masyarakat seperti keadilan, kemakmuran, keamanan, kesetiakawanan sosial juga dapat mempengaruhi penentuan sikap dan pertimbangan moral seseorang. Melalui pengalaman dan interaksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak- anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai- nilai moral atau konsep- konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan.

Remaja cenderung memiliki dorongan untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Mereka berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya tetapi psikologisnya, seperti rasa puas dengan penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya.

D. Kepribadian Remaja

Masa remaja ditandai adanya kecenderungan identitas- Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan- kecakapan yang dimilikinya. Remaja seringkali berusaha -0iuuntuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri dengan cara yang ekstrim juga berlebihan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Sehingga tidak jarang oleh sebagian lingkungannya dianggap penyimpangan atau kenakalan.

Dalam hal ini kepribadian merupakan sesuatu yang konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor- faktor tertentu. Berikut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian:

1) Faktor Internal → faktor yang berasal dari diri orang itu sendiri. Dapat berupa factor genetis atau bawaan. Misalnya sifat pemarah dari ibunya bukan tidak mungkin akan menurun pada anaknya.

2) Faktor Eksternal → faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Biasanya adalah pengaruh dari lingkungan orang tersebut, missal lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, teman bergaul, sampai berbagai media dan jenisnya seperti acara televisi yang ditonton, buku bacaan dan lain- lain.

E. Kemandirian Remaja

Dalam Bahasa Indonesia, kata “mandiri” diartikan sebagai suatu keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung kepada orang lain. Kemandirian merupakan suatu bentuk perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi masalah yang terjadi serta mampu melakukan berbagai kegiatan dan tidak tergantung dengan orang lain, yang ditujukan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan umum.

Menurut Fasick (dalam Rice, 1996) menyatakan bahwa kemandirian merupakan salah satu aspek yang gigih diperjuangkan dan diidamkan oleh setiap para remaja. Tuntutan adanya separasi atau self-detachment dari para remaja terhadap orang tua atau keluarganya semakin tinggi, hal ini sejalan dengan memuncaknya proses perubahan fisik, kognisi, afeksi, sosial, moral dan mulai matangnya pribadi para remaja saat memasuki masa dewasa awal, dan berkembangnya kebutuhan akan kemandirian (autonomy) dan pengaturan diri sendiri (self directed) dari para remaja.

Steinberg (1993), menyatakan bahwa secara psikososial kemandirian tersusun dari tiga bagian pokok yaitu:
1). Emotional autonomy (kemandirian emosi)
2). Behavioral autonomy (kemandirian untuk bertindak atau berbuat), dan
3). Value autonomy (kemandirian nilai).

Hill dan Holmbeck (dalam Steinberg, 1993) mengemukakan beberapa indikator dari munculnya kemandirian berbuat pada seorang remaja diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta/ mempertimbangkan nasehat orang lain,
2) Mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian diri sendiri dan saran-saran orang lain,
3) Mencapai suatu keputusan yang bebas tentang bagaimana seharusnya bertindak/ melaksanakan keputusan dengan penuh percaya diri,
4) Value autonomy (kemandirian nilai), yaitu aspek kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, hak dan kewajiban.

Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para ahli yang berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Ada lima ciri kemandirian individu menurut Prayitno (1998) yaitu:
1) Pemahaman dan penerimaan diri secara positif dan dinamis
2) Pemahaman dan penerimaan lingkungan secara objektif dan dinamis
3) Pengambilan keputusan secara tepat
4) Pengarahan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil
5) Perwujudan diri secara optimal

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkah kemandirian, yaitu:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Konsep diri
4) Pendidikan
5) Keluarga
6) Interaksi sosial

BAB III 
PENUTUP 

A. Kesimpulan

Pada masa remaja ketegangan emosi seseorang seringkali meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi karena remaja berada tidak terkendali, dan tampak irisional tetapi dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Masa remaja dalam kehidupan sosialnya lebih tertarik dengan kelompok orang yang sebaya dengannya karena mereka beranggapan bahwa kelompok tersebut dapat atau mampu memahami dan mengerti mereka sekaligus sebagai tempat mencurahkan isi hati, tempat melampiaskan perasaan tertekan serta untuk saling bertukar pengalaman. Melalui pengalaman dan interaksi sosial, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak- anak sehingga remaja cenderung memiliki dorongan untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.

Dalam hal kepribadian remaja seringkali berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri dengan cara yang ekstrim juga berlebihan. Tuntutan adanya separasi atau self-detachment dari para remaja terhadap orang tua atau keluarganya semakin tinggi, hal ini sejalan dengan kebutuhan akan kemandirian dan pengaturan diri sendiri dari para remaja. Sehingga tidak jarang oleh sebagian lingkungannya dianggap penyimpangan atau kenakalan.

B. Saran

Untuk rekan- rekan calon pengajar atau calon guru, hendaknya dapat mengambil manfaat dari makalah ini untuk bekal dalam mengajar anak didik yang notabennya masih dikategorikan dalam usia remaja.

Untuk orang tua, hendaknya dapat mengambil hikmah dari makalah ini dalam rangka mendidik putra- putrinya yang masih berusia remaja.

Untuk para remaja, dengan tersusunnya makalah ini hendaknya dapat mengambil pelajaran tentang bagaimana mengenali dirinya sendiri dan mampu memilih serta memilah hal- hal perilaku yang positif dan negatif pada tahapan usianya.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Craig Nicholls: Biodata, Trivia dan Kutipan

Seperti yang kalian tahu, Craig Nicholls adalah frontman dari band The Vines asal Australia. Nah, dibawah ini ada beberapa trivia juga kutipan- kutipan yang doi ucapin sendiri waktu wawancara. Cap cap dicek!

Biodata singkat
Nama: Craig Robert Nicholls
TTL: Sidney, 31 Agustus 1977
Tinggi badan: 175 cm

Trivia
Ayahnya adalah seorang akuntan.
Ayahnya dulu punya band yang namanya The Vynes.
Bandnya, The Vines, adalah band Australia pertama yang dianugerahi menjadi cover majalah Rolling Stone dalam 20 tahun.
Menderita sindrom asperger, semacam gangguan neurobiologist, autisme ringan.
Band favoritnya: Muse, Nirvana, Blur, Swervedriver, Pete Yorn, Depeche Mode, Supergrass, The Beatles, Suede and The Kinks.
Doi enggak mainan komputer.

Personal Quotes/ Kutipan- kutipan pribadi

"Kupikir aku seorang penerbang yang hebat, soalnya aku enggak pernah naik pesawat yang oleng!"

"Kupikir sebaiknya tetap berdiri dengan kaki menyentuh lantai daripada kaki di atas, karena seharusnya kepalamu yang ada di atas."

"Di dunia sinting, orang sinting adalah orang yang waras."

Tentang konsistensi:
Ketika ditanya tentang konsistensinya di atas panggung: "Jika kamu mau konsistensi, dengarkan musik di jukebox."

Ketika ditanya dia merokok ganja: "Aku tidak mengerti bagaimana orang- orang dapat merokok setiap hari dan masih memiliki kewarasan. Hampir kudapati itu sangat mengganggu."

- Syukurlah sekarang udah enggak makan daun lagi karena alasan medis :) \(^0^)/ yeyy ! !

Serius enggak serius:
"Aku adalah orang yang tidak bisa berhenti untuk berbohong. Aku pun tidak mengenali diriku sendiri kalau sedang berbohong, sangat membingungkan."

"Aku dapat menjadi orang yang baik, juga menjadi orang yang benar- benar jahat."

"Lagu- lagu tentang mentari… dan ada satu tentang hujan… Kita ingin membuatnya sesederhana mungkin- kita enggak pinter- pinter amat!"

Waktu ditanya apa yang dia inginkan pada nisannya: “ Craig Nicholls adalah orang yang tidak bisa berhenti untuk berbohong. Aku tak percaya semua orang menanggapi secara serius pada apa yang dia katakan. Dan mesti ada patung Dave Gahan tanpa baju disana, tertulis sleep in peace, my dark angel.”

"Cinta. Sulit. Begitulah mengapa aku mendengarkan musik."

"Kupikir cover album Highly Evolved adalah sebuah dunia mistik fantasi yang pernah kubuat."

"Musik adalah sihir. Obat favoritku: musik dapat sangat mempengaruhi mental dan fisikku dengan cepat."

"Mungkin aku berteriak kegilaan, selebihnya tidak membuatku capek."

"Beberapa orang pikir aku membosankan. Beberapa orang pikir aku… menyenangkan. Beberapa orang pikir aku menyedihkan. Kupikir aku ada ditengah- tengah. Aku benar- benar tidak mengerti. Aku tak pernah benar- benar memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentangku."

Waktu mau promo album Melodia:
"Tak pernah kubayangkan band ini akan berakhir. Semua itu masa lalu. Sungguh, kami menganggap itu masa lalu. Baik dan yang kurang baik. Sangat lucu bagiku kalau kamu peduli."

"Maaf kalau aku bersumpah, dan demi segalanya.. Kupikir itu membuatku kuat."

"Masih kurasa kalau orang- orang tak menanggapi kami secara serius karena aku punya sisi jiwa kebadutan. Memaksaku menyentuh momen- momen yang paling penting."

Untuk saat ini itulah yang dapat saya posting tentang Craig Nicholls.Untuk mempermudah saya translate sendiri, kurang- lebihnya itu yang bisa saya tangkap. Terimakasih. Have a fun time!