Rabu, 26 November 2014

CERPEN: BE NO ANGEL

BE NO ANGEL

Oleh: Phyra Hysteria/ Cyan Fixion

Ada malaikat neraka yang kusuka. Di kebun surga ini dia hanya bermain-main dengan menebar senyum menawan di bibirnya. Dia adalah penyiksa tak berperasaan. Matanya tajam memancarkan hatinya yang licik. Dia sering diam-diam kemari menganggu gadis-gadis berkebun, terutama Carol― yang memiliki sayap putih bersih dan dia adalah pemimpin kami di kebun mawar surga ini.

Suatu kali malaikat neraka itu memetik setangkai mawar di dekatku. Kelopak bunga dan tangkai yang dia pentik pun berubah warna menjadi hitam kelam.

“ Ini untukmu saja,” katanya kepadaku.

Kupandang mawar hitam itu.

“ Kalau tidak suka akan kubuang,” katanya. “ Lagipula warnanya hitam,” dia mencibir.

“ Kau tidak boleh membuangnya, sayang kan..” kuraih mawar itu darinya dan kuletakkan di dasar keranjangku.

Malaikat itu tersenyum manis.

Ketika aku akan pergi, dia menyeletuk. “ Aku Sinister.”

Lama kutahan keinginanku menyebutkan namaku. Tapi aku tidak bisa menahannya selamanya. “ Elda.”

Sejak saat itu kami berteman. Sinister tidak lagi sering menganggu Carol. Dia menemaniku memetik bunga-bunga mawar setiap hari. Sayangnya hal itu membuat malaikat-malaikat lainnya di kebun ini mengadukanku pada Carol. Aku diberi peringatan.

“ Elda..”

“ Sstt… Elda..”

Suara bisikan itu berasal dari semak-semak tebal di sisi kebun. Aku pun mendekat ke sana. Kulihat ada bayangan hitam yang bila kudekati semakin menyerupai sosok Sinister.

“ Kudengar kau diberi peringatan,” katanya seolah tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.

“ Benar,” kataku sambil merunduk.

Dia kelihatan sedang berpikir.

“ Elda, kau sedang apa?” seseorang menyeru di belakangku.

“ Ada kelinci. Aku melepaskan semak-semak nakal ini dari kakinya,” seruku.

“ Kau berbohong,” Sinister menyipitkan matanya yang licik itu padaku. “ Bagus,” dia nyengir, “ Jadi, Elda, besok kau akan menyelamatkan seekor kelinci lagi disini.”

Aku tidak pernah berbohong sebelumnya. Hanya sekali. Tentang kaki kelinci yang tersangkut di semak-semak waktu itu. Tetapi Sinister membuatku melakukannya setiap hari. Setiap setelah mengumpulkan hasil panen aku selalu beralasan ingin mengejar dan bermain dengan kelinci itu di luar kebun. Padahal aku menemui Sinister di padang ilalang.

“ Mengapa kau selalu menurutiku?” suatu kali dia bertanya.

“ Kita berteman, kurasa..” aku tidak begitu yakin dengan jawabanku.

Dia terkekeh. “ Malaikat surga ini polos sekali..”

“ Lalu mengapa kau selalu menyuruhku berbohong untuk menemuimu?” tanyaku.

“ Simpel,” lanjutnya, “ Sebab aku menyukaimu.”

Seolah kudengar sayatan sebuah lengkingan gitar neraka yang bunyinya seperti petir. Sesuatu di dalam dadaku bergerak semakin cepat temponya. Semakin rumit ritmenya.

“ Kau menyukaiku?” tanyanya kemudian.

“ Tentu saja,” kataku.

Sinister tersenyum. Kali ini, kurasa, senyuman itu berbeda. Senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ada ketulusan disana.

“ Maksudku.. apa kau merasa sangat sangat menyukaiku? Menyukaiku sampai kau merasa seperti kau hampir gila.. Kau mau melakukan semua yang kuminta. Apa kau tidak sadar itu?”

“ Tapi aku tidak merasa gila. Aku hanya ingin menemuimu. Sebab.. aku ingin menemuimu saja..” kataku.

Sinister tersenyum lagi. Dia juga meraih tanganku. Ketika dia menggenggamnya, aku merasa nyaman.

Semakin sering kucuri waktuku untuk diam-diam menemuinya, kami semakin dekat setelah itu. Dia pun memberiku sebuah makna baru dalam kata ‘cinta’. Bagiku cinta kini tidak hanya memiliki arti sayang yang biasa saja, tetapi juga perasaan rumit tentang hubunganku dengan Sinister. Sesuatu yang membuatku selalu bahagia bersamanya.

Hingga suatu kali dia bercerita tentang dirinya dan Carol. Intinya dia pernah menyukai Carol. Tetapi Carol bukan tipe malaikat pembangkang sepertiku. Semakin jauh dia menguak tentang Carol, menurut pandangannya, semakin benci ia padanya.

“ Menurutku dia termasuk jahat di kalanganmu. Seolah dia menyembunyikan trisula beracun di punggungnya..”

“ Dia hanya tegas.. dan patuh,” kataku.

“ Ya ampun.. bahkan kau tidak merasa cemburu,” gumamnya. Lalu Sinister menatapku dalam, dia berkata penuh kehati-hatian. “ Kau tahu, kau berbeda. Kau adalah bunga terindah yang pernah ada di jagad raya. Seperti halnya mawar-mawar yang kau panen.”

Aku tersenyum. Tidak bisa kupungkiri aku merasa tersipu.

“ Aku senang bertemu denganmu, Elda..” lalu untuk pertama kalinya dia menciumku.


“ Aku sudah tidak bisa membiarkanmu, Elda,” Carol menyidangku. Hanya ada kami berdua di ruangan ini. “ Kau masih menemuinya. Aku sebenarnya tahu soal kelinci itu sejak lama. Kau kira aku pandai dibohongi? Oh, bahkan kau pandai berbohong sekarang!

“ Elda, jangan menaruh hati padanya. Kau tahu dia adalah penyiksa, malaikat terkutuk dan licik dari neraka. Dia tidak punya belas kasih, penuh bujuk rayu, penjilat, penuh tipu muslihat. Kau hanya dipermainkan. Kau tahu namanya. Sinister, kan? Dan apa arti dari namanya?

“ Dengar, aku sudah tidak tahan lagi ingin melaporkan kalian pada Malaikat Tertinggi. Tapi sungguh berat jika harus melaporkan dirimu.”

Jika dia melaporkan pelanggaran yang kubuat pada Malaikat Tertinggi maka aku bisa disirnakan dan juga Sinister. “ Carol, kumohon jangan..” pintaku. “ Aku minta maaf.”

“ Apa barusan kau meminta maaf?” Carol pun tahu bagi kami dengan meminta maaf berarti kami menyesal dan menyadari bahwa yang pernah kami perbuat itu salah. Dia hanya ingin memastikannya sekali lagi.

“ Ya, Carol. Aku minta maaf atas semua tindakanku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” kataku. Dan ketika kami berjanji, kami tidak akan pernah mengingkarinya. “ Tapi aku memohon untuk kali ini saja. Biarkan aku menemuinya sekali lagi. Akan kupastikan dia tidak akan menemuiku ataupun datang ke wilayah surga lagi.”

Carol diam agak lama. Raut wajahnya tenang ketika mengangguk.

“ Baiklah.”



Sebelumnya aku meminta Sinister untuk menemuiku di perbatasan antara surga dan neraka. Rupanya dia sudah lama duduk menungguku di rerumputan yang berbunga harum.

“ Carol mengetahuinya,” kataku. “ Aku tidak bisa melanjutkan ini lagi atau dia akan melaporkan kita pada Malaikat Tertinggi.”

“ Sudah kuduga itu akan terjadi. Aku pun sudah menimbang-nimbang, Elda.. Kita bisa memotong sayap kita dan menjadi manusia di bumi,” katanya.

Diam. Aku ingat ada sebuah cerita tentang seorang malaikat yang dipotong sayapnya untuk menjalani hukuman sebagai seorang manusia. Dia ditugaskan menemani seorang nenek tua sebatangkara di bumi. Yang kudengar ketika sayapnya terpotong, dia merasakan sakit seperti mengalami beribu-ribu kali kematian.

“ Kau tidak mau?” Sinister menatapku frustasi.

“ Aku sudah berjanji.”

“ Kau boleh mengingkarinya. Ingat saat kau berbohong tentang kelinci itu. Sama mudahnya seperti itu,” lanjutnya, “ Elda, kita tidak bisa membuang jauh-jauh perasaan kita. Aku pun sudah melihat banyak hal tentang manusia. Mereka buruk, hampir sama sepertiku. Tapi mereka boleh saling mencintai.. Pikirkan itu.”

Aku menjadi bimbang mendengar kata-katanya barusan. Benar adanya manusia adalah makhluk yang punya sifat buruk, tapi mereka dianugerahi cinta yang tiada batasnya.

“ Biar kuambil kapakku..” Sinister merendahkan kepalanya supaya bisa menatap ke mataku. Dia benar-benar pintar untuk bisa membuatku mengiyakan kemauannya. Beberapa saat setelah dia terbang ke neraka, Sinister pun kembali bersama kapaknya.

“ Kau siap?” kelihatannya Sinister sudah mantap dengan keputusannya.

“ Sinister..” lirihku, suaraku penuh getar. Pandanganku lurus ke belakangnya. Kulihat sekumpulan malaikat neraka seperti dirinya terbang ke arah kami. Mereka semua bersenjata.

“ Lari!” Sinister berseru padaku.

Sementara dia bertarung aku berlari menuju bagian dalam surga. Namun Carol muncul di hadapanku bersama beberapa malaikat surga lainnya.

Kemudian kudengar suara jeritan derita dan kesakitan tiada akhir milik Sinister di belakangku. Kubalikkan badanku. Kapaknya sudah tersingkir jauh darinya. Tubuhnya yang tergeletak di atas rerumputan harum itu bersimbah darah dan sayapnya sudah terpisah dari punggungnya. Dia menjadi manusia. Tak bedaya.

Saat itu juga aku memekik. Aku sadar bahwa Carol telah menjebak kami. “ Kenapa?” kataku marah juga kecewa.

“ Sudah kubilang aku tidak ingin melaporkanmu pada Malaikat Tertinggi,” jawabnya.

“ Sekarang siapa yang menipu, Carol?”

“ Siapa yang selalu berbohong, Elda?” Carol melanjutkan, “ Jika aku mempertahankan pikiran yang sama denganmu, aku juga akan hancur. Aku sedang berusaha menyelamatkanmu.”

Kusipitkan mataku. “ Kau cemburu. Kau cemburu karena kami sebenarnya punya kesempatan hidup bersama di bumi.”

“ Cemburu? Perbuatan kalian terlarang. Apa pula menyenangkannya menjadi manusia? Makhluk-makhluk itu hanya mengotori dunia.”

“ Kau lebih picik dari mereka. Kau arogan dan egois!” tekanku membuat mata Carol melotot.

Lalu dengan cepat Carol mampu menguasai dirinya. “ Aku masih malaikat surga, Elda. Kau hanya punya satu kesempatan saat ini. Kembalilah.”

Aku sudah malas berkata-kata lagi sehingga kutolak tawarannya dengan berjalan ke arah perbatasan.

Kukejar malaikat-malaikat neraka yang terbang membawa tubuh Sinister. Mereka melemparnya ke neraka. Sebelum terlambat, kupercepat kepakan sayapku dan kuraih kedua tangannya. Licin.

Sinister meringis padaku. Dia tidak mampu berkata-kata karena betapapun sakitnya terpisah dari sayapmu itu seperti kehilangan nyawamu ribuan kali.

“ Aku akan membawamu ke bumi,” kataku.

“ Tidak,” dia melepaskan satu tangannya dari peganganku.

“ Kenapa?” kataku frustasi sambil menahan satu tangannya dengan kedua tanganku. “ Kau tidak ingin tinggal bersamaku?”

“ Rasanya sakit sekali, Elda. Sudah cukup aku menyiksamu dengan semua ini.”

“ Tidak. Aku terlalu plin-plan. Dia janji tidak akan melaporkan kita. Carol memang brengsek!” aku benar-benar mencapai klimaksku.

“ Elda.. Elda.. Kembalilah ke kawanmu,” tangannya yang bebas meraih pergelangan tanganku. “Aku mencintaimu. Sekarang biarkan aku menjalani siksaanku..” dia pun membuat tanganku melepaskannya.

“ Terimakasih,” dia tersenyum dan mulai jatuh ke neraka.

Aku menjerit. Air mataku menetes deras. Sinister salah. Kehilangannya lebih sakit daripada harus merasakan kematian beribu-ribu kali.


Kudekati kapak yang tergeletak bersimbah darah di perbatasan antara surga dan neraka. Disini aku menjadi pemilik kapak itu dan akan tinggal selamanya. Aku tidak menyesal telah menolak untuk pulang. Bagiku tidak mungkin untuk menanti masa hukumannya yang kekal. Aku hanya ingin sendiri dan menangis tiada hentinya setiap kali mendengar Sinister melolong kesakitan.

Dulu dia selalu bersemangat menceritakan bagaimana rasanya melakukan penyiksaan dan mendepak orang-orang yang disiksanya memohon belas kasihan. Bagiku itu sangat mengerikan. Aku selalu meringis bila mendengarnya lalu pura-pura tersenyum ketika dia menatapku penuh sayang. Sekarang dia merasakan siksaan yang sama untuk selamanya.

...

Sabtu, 22 November 2014

Analisis Ragam Gaya Bahasa pada Puisi Tanah Api dan Gerak Sunyi Karya Adri Sandra di Tabloid STORY Edisi 47

UNTUK TUGAS BAHASA INDONESIA
Disusun oleh:
Lilis Setiyowati
Moch. Fajar Isroni
Sarwendah Noor Aishah



BAB I

PENDAHULUAN
 


A. Latar Belakang Masalah

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang indah. Di dalamnya terdapat banyak kata-kata yang penuh dengan nilai estetika yang begitu kuat. Salah satu hal yang menjadikan puisi terkesan penuh dengan keindahan adalah digunakannya gaya bahasa atau majas di dalam puisi tersebut. Tentu saja dalam hal ini sang penulis puisi tak boleh asal-asalan dalam menggunakan gaya bahasa pada puisinya.Ia harus benar-benar teliti dalam pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan pada puisinya.Hal ini akan sangat mempengaruhi makna dan kesan dari puisi tersebut.

Namun kerap kali kita masih terkesan kebingungan dalam menentukan masing-masing jenis gaya bahasa yang ada. Hal ini menjadikan kita kesulitan dalam penggunaan gaya bahasa pada saat kita ingin menulis puisi atau ketika kita sedang membaca puisi. Kita masih sering kesulitan dalam menentukan makna sebuah puisi yang sarat dengan gaya bahasa. Sehingga kita pun tak jarang menemui kesulitan dalam menangkap kesan dari puisi tersebut.

Menentukan jenis-jenis gaya bahasa pada puisi bukanlah perkara mudah. Apalagi ketika kita harus menentukan gaya bahasa apa yang dipakai dalam puisi di tabloid remaja. Tentu saja gaya bahasa yang dipakai oleh para remaja di tabloid tersebut tidaklah sama dengan puisi-puisi generasi sebelumnya. Majas yang sering kali digunakan pada puisi remaja masa kini cenderung dinamis dan makin bervariasi.

Untuk itu,kami akan menganalisis berbagai macam gaya bahasa atau majas pada puisi. Dengan demikian, kami berharap dengan kita mengenal berbagai macam majas yang dgunakan pada puisi, kita akan semakin paham dalam menangkap makna dan kesan dari sebuah puisi.



B. Rumusan Masalah

1. Apakah macam-macam gaya bahasa pada puisi karya Adri Sandra di Tabloid STORY Edisi 47?

2. Apakah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis puisi pada tabloid STORY Edisi 47?



C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui berbagai macam majas atau gaya bahasa yang digunakan Adri Sandra dalam puisinya di Tabloid STORY Edisi 47.

2. Untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan oleh penulis puisi di tabloid tersebut.


BAB II
KAJIAN TEORI



A. Diksi

Pilihan kata atau diksi adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila ada sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan, dari kata- kata tersebut kemudian dipilih yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian.

Pemilihan dilakukan bukan karena sekedar memilih kata yang tepat melainkan memilih kata yang cocok. Cocok yang dimaksud di sini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat yang memakainya.



B. Syarat Ketetapan Pemilihan Kata

Setelah menguasai kosakata, selain mengetahui makna kata, perlu memahami perubahan makna. Agar dapat memilih kata dengan akurat, ada enam syarat dan anjuran untuk melatih ketajaman pemahamannya.

1. Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi.

Contoh:

· bunga melati

· bunga bank

2. Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.

Contoh:

· pengubah

· peubah

3. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dengan ejaannya.

Contoh:

· intensif – insentif

· preposisi – proposisi

4. Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.

Contoh:

· keadilan, kebahagiaan, keluhuran

· kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan

5. Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.

Contoh:



· … antara … dan …

· … tidak … tetapi…

· … baik … maupun …

· … bukan … melainkan …


6. Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus.

Contoh:

· Kata umum: melihat.

Kata khusus: melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip, memandang, menatap, memperhatikan, mengamati, mengawasi, menonton, meneropong.



C. Gaya Bahasa

Gaya bahasa atau langgam bahasa atau juga sering disebut majas adalah cara pengarang atau seseorang yang mempergunakan bahasa sebagai alat mengekpresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya. Pada dasarnya majas dapat dibagi menjadi empat, yakni:

Ø Majas Perbandingan:

1) Personifikasi : adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup.

Contoh: Baru 3 km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.

Angin berbisik menyampaikan salamku padanya.

2) Metafora : adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh: Raja siang telah pergi

(raja siang=matahari)

3) Eufemisme (ungkapan pelembut): adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun atau tabu-bahasa (kata-kata yang pantang diucapkan).

4) Sinekdokhe:

Dapat dibedakan atas:

a) Pars pro toto,yaitu majas sinekdokhe yang melukiskan sebagaian tetapi yang dimaksud adalah keseluruhannya.

Contoh: Sudah lima hari dia tak kelihatan batang hidungnya.

b) Totem pro parte, ialah majas sinekdokhe yang melukiskan keseluruhan tetapi yang dimaksud adalah sebagaian.

Contoh: Indonesia mengalahkan Vietnam dalam final AFF U-19.

5) Hiperbola : yaitu gaya bahasa yang dipakai untuk melebih-lebihkan sesuatu.

Contoh: Keringatnya menganak sungai.

6) Simbolik: adalah gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan simbol atau lambang.

Contoh: Lintah darat harus dibasmi. (Lintah darat = rentenir)

7) Litotes (hiperbola negatif) : adalah gaya bahasa yang untuk merendahkan diri dengan menyebut keadaan yang berlawanan.

Contoh: Mampirlah ke pondok kami !

Padahal rumahnya gedung yang mewah.

8) Alusio: adalah gaya bahasa yang menggunakan karmina atau pantun kilat yang tidak diselesaikan,untuk menyampaikan suatu maksud yang tersembunyi.

Contoh: Sudah gaharu cendana pula.

Maksudnya sudah tahu tetapi masih juga bertanya.

9) Asosiasi : gaya bahasa yang menggunakan perbandingan yang menimbulkan asosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya.

Contoh: Mukanya bagai bulan penuh.

Bulan penuh bentuknya bundar. Jadi mukanya bundar.

10) Perifrasis: adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.

Contoh: Petang barulah dia pulang.

Menjadi: Ketika matahari hilang di balik gunung barulah dia pulang.

11) Metonemia : adalah majas perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang digunakan atau dikerjakan,sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.

Contoh: Kami berkodak di tepi pantai.

(berfoto dengan merk Kodak)

12) Antonomasia: adalah majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri.

Contoh: Si Gendut itu telah tiada.

Si pincang,si jangkung,si keribo,dan sebagainya.



Ø Majas Sindiran

1) Ironi: yaitu gaya bahasa yang menggunakan bahasa sindiran halus.

Contoh: Banyak benar uangmu.

(Padahal uangnya sedikit)

2) Sinisme: yaitu gaya bahasa yang menggunakan sindiran tajam

Contoh: Sakit telingaku mendengar suaramu.

(Suaranya tidak mengenakkan).

3) Sarkasme: adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan bahasa cemooh yang kasar,bahkan kadang-kadang merupakan sumpah serapah atau kutukan.

Contoh: Cis! Jijik aku melihat kamu !



Ø Majas Penegasan

1) Pleonasme: adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata yang sama maksud dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh: Naiklah ke atas ! (ke atas sudah berarti naik).

2) Repetisi: adalah gaya bahasa penegasan dengan mengulang kata yang dipakai dalam pidato atau karangan prosa.

Contoh: Bukan harta yang kita harapkan.Bukan pangkat dan kedudukan yang kita kehendaki,melainkan budi pekerti yang tinggi.

Adakah suaraku kau dengar? Adakah petunjukku kau ikuti.Adakah nasehatku kau pegang teguh?

3) Tautologi: adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kata-kata yang sama artinya (bersinonim) untus mempertegas arti.

Contoh: Saya khawatir serta was-wasakan keselamatannya.

4) Paralelisme : yaitu gaya bahasa pengulangan dalam puisi.Paralelisme dibagi atas dua macam,yaitu:

ü Anapora,pengulanganawal baris puisi:

Contoh: Ada padang ada belalang

Ada usaha pasti menang

ü Epipora ,pengulangan kata akhir baris puisi:

Contoh: Orang ramai mengalir juga

Pekik-sorak bersahut juga

5) Klimaks : yaitu gaya bahasa yang melukiskan keadaan yang semakin menaik.

Contoh: Hujan rintik-rintik,gerimis,makin deras,dan akhirnya bagai dicurahkan dari langit.

6) Antiklimaks : yakni gaya bahasa yang melukiskan keadaan makin menurun

Contoh: Bukan seribu,bukan seratus,tapi hanya satu yang aku minta.

7) Koreksio: adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang lebih tepat sebagai koreksi terhadap kata yang dipakai dahulu.

Contoh: Ia berdaya upaya,bekerja keras untuk mencapai cita-citanya.



Ø Majas Pertentangan

1) Antitesis : adalah gaya bahasa pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.

Contoh: Hidup matinya seseorang ada di tangan Tuhan

2) Paradoks : adalah gaya bahasa pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak bertentangan karena objeknya arti.

Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.

3) Okupasi : adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan bantahan,tetapi kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.

Contoh: Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya.





BAB III
PEMBAHASAN



Pada bab pembahasan ini, kami akan menganalis secara lebih mendalam mengenai gaya bahasa yang terdapat pada beberapa puisi karya Adri Sandra yang terdapat pada Tabloid STORY Edisi 47.



Puisi I

TANAH API

Karya : Adri Sandra



Ada yang berkobar ,searah jarum jam

Waktu yang menjilati lidah matahari,sebuah jalan ganda

Persimpangan antara duri dan batu-batu

“Mantel hitam,bantal dari cuaca keruh dan buram!”

Dan mendung menanggalkan jubah itu,saat angin terpaku

Tergantung antara langit dan bumi



Bumi itu; orang-orang membakarnya, dari curam jam

Waktu yang panas, matahari membeku jadi salju

Di atas tanah terbakar, liar musim membawa asapnya

Menggulung setiap mimpi, memamah bara di kegelapan

“Lihatlah! Matahari yang dingin, memasang mantel itu!”

Suara itu mendaki ,dalam lipatan bulan dan tahun

Debu bertabur jadi racun yang gurun



Di tanah api; orang-orang menyusun rangka-rangka sungai

Laut dan danau, membakar dan menelan abunya

Membaringkan seluruh bayang-bayang di dingin kilau

“O,setiap yang lahir dan mati dalam api”

Dan bumi memancarkan cahayanya ke matahari

Terdinding kepulan asap tanah sendiri





Analisis Puisi I



1. Majas Personifikasi

Pada baris kedua bait pertama puisi di atas terdapat gaya bahasa perbandingan, yaitu majas personifikasi.

Waktu itu menjilati lidah matahari, sebuah jalan ganda.

Pada kalimat tersebut kata waktu yang notabene adalah bukan benda hidup diibaratkan dapat bergerak, hidup, karena dapat menjilati sesuatu. Selain pada baris kedua baris pertama itu, majas personifikasi juga terdapat pada baris ke-2 dan ke-3 bait ketiga.

Laut dan danau,membakar dan menelan abunya

Membaringkan seluruh bayang-bayang di dingin kilau

Pada dua kalimat tersebut kata laut dan danau dilukiskan dapat bergerak dan melakukan sesuatu seperti manusia karena diumpamakan dapat membakar, menelan, dan membaringkan sesuatu seperti halnya makhluk hidup.



2. Majas Simbolik

Majas simbolik juga dapat ditemukan pada puisi tersebut. Tepatnya pada baris pertama bait ke-1.

Ada yang berkobar, searah jarum jam

Pada kata searah jarum jam, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penulis berusaha untuk melukiskan kata waktu dengan simbol jarum jam. Karena waktu dan jarum jam sangat berkaitan erat sehingga waktu dapat dibandingkan dengan jarum jam.



3. Majas Metafora

Penggunaan majas metafora dapat kita ketahui dari baris pertama bait pertama pada puisi di atas.

Di tanah api; orang-orang menyusun rangka-rangka sungai

Kata tanah api yang digunakan oleh penulis menggambarkan bumi yang panas. Hal ini dapat kita ketahui karena pada hakikatnya tanah yang dimaksud merupakan gambaran dari bumi ini. Dan api pada dasarnya merupakan sesuatu yang panas, sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah api merupakan gambaran dari bumi ini yang udaranya kian panas.



Pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui puisi yang berjudul Tanah Api adalah agar manusia menjaga bumi tetap lestari. Penulis mengungkapkan dari kalimat orang-orang membakarnya, yang berarti tidak lain bahwa manusia sendirilah yang membuat bumi rusak dengan kegiatan ilegal logging dan sebagainya. Akhibatnya terjadi kebakaran hutan, banjir bandang, efek gas rumah kaca yang menjadikan suhu permukaan bumi meningkat. Dan akan semakin panas seiring waktu bila manusia terus melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Parahnya lagi hal- hal tersebut dapat mengakibatkan akhir dari kehidupan manusia juga dunia.


Puisi II

Gerak Sunyi

Karya : Adri Sandra



Pagi, sunyi tersandar di dinding cahaya

Kulihat engkau meminum embun, menangkap gigil dingin

Dan melepaskan kembali, bergulung dalam rangka- rangka angin



“ O, gerak sunyi; suatu ketika engkau memandang dirimu

Merayap dalam pendar cerminku”



Hanya bayang- bayang memantul, dan di sayap burung

Kita catat seluruh ikhwal dan tanda-tanda, membuhulkan di dahan waktu

Dari awal kelahiran, ke awal kematian, bermuara di tangan yang Satu


Analisis Puisi II



1. Majas Simbolik

Kami temukan pada bait ke dua, baris ke dua terdapat gaya bahasa perbandingan, yaitu majas simbolik.

Merayap dalam pendar cerminku

Pada baris yang berbunyi merayap dalam pendar cerminku bermakna refleksi diri di masa lalu. Dimana kata cermin biasa kita gunakan untuk menggambarkan diri untuk berbenah dari hal yang bersifat negatif.

Hanya bayang-bayang memantul, dan di sayap burung

Kata sayap burung merupakan lambang sebuah tempat untuk bernaung atau berlindung.

Dari awal kelahiran, ke awal kematian, bermuara di tangan yang Satu

Kata yang Satu melambangkan Tuhan Yang Maha Esa.



2. Majas Metafora

Majas metafora ditemukan pada bait ke-2 baris pertama.

O, gerak sunyi; suatu ketika engkau memandang dirimu

Kata gerak sunyi diartikan sebagai waktu. Kata gerak dihubungkan sebagaimana waktu pasti akan terus berjalan. Dan kata sunyi dihubungkan sebagaimana pergerakan waktu tidak dapat didengar

Dari awal kelahiran, ke awal kematian, bermuara di tangan yang Satu

Selain terdapat majas simbolik, kami menemukan majas metafora pada kalimat bermuara di tangan yang Satu. Kata muara diartikan sebagai asal-muasal. Sehingga berarti semua yang terjadi dari sebuah kehidupan, awal hingga akhir, Tuhanlah yang memiliki rencana.



Pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui puisi yang berjudul Gerak Sunyi adalah bahwa waktu merupakan saksi dari perubahan zaman dan peristiwa. Dimana dapat kita pahami dari dua baris terakhir dari bait pertama:



Kulihat engkau meminum embun, menangkap gigil dingin

Dan melepaskan kembali, bergulung dalam rangka- rangka angin



Dan dari baris ke dua bait ke tiga:

Kita catat seluruh ikhwal dan tanda-tanda, membuhulkan di dahan waktu



Dari baris terakhir bait terakhir: Dari awal kelahiran, ke awal kematian, bermuara di tangan yang Satu, menyampaikan pesan bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini tidak lain pasti ada campur tangan dari rencana Tuhan. Jadi dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang telah terjadi atau sebuah sejarah merupakan kehendak Tuhan yang tidak dapat diubah.





BAB IV
PENUTUP



A. Simpulan

1. Macam-macam majas yang digunakan Adri Sandra dalam dua buah puisinya di majalah STORY EDISI 47 adalah sebagai berikut:

Pada puisi pertama yang berjudul Tanah Api terdapat majas personifikasi, majas simbolik dan majas metafora.

Pada puisi kedua yang berjudul Gerak Sunyi terdapat majas simbolik dan majas metafora.

2. Pesan yang ingin penulis puisi Tanah Api sampaikan adalah agar manusia menjaga bumi untuk tetap lestari. Dan pesan dari puisi Gerak sunyi adalah bahwa hal-hal yang telah terjadi atau sebuah sejarah merupakan kehendak Tuhan yang tidak dapat diubah.



B. Saran

1. Pelajarilah karya sastra dengan sungguh-sungguh, terutama puisi. Karena di dalam karya sastra puisi terdapat banyak hal menarik yang dapat kita pelajari, seperti keindahan gaya bahasanya, isi maksudnya serta amanat/ pesannya.

2. Menulis karya sastra adalah hal yang sangat menyenangkan dan dapat meningkatkan motivasi diri untuk bergelut dalam dunia sastra bahkan menjadi sastrawan. Mulailah menulis dan tingkatkan prestasi dalam belajar.

Cerpen: Melodia

MELODIA
Oleh: Phyra Hysteria/Cyan Fixion

Sorot lampu panggung meredup. Nyala lampu-lampu handphone penonton bagaikan kerlap-kerlip bintang di seluruh penjuru stadium. Mereka semua bersorak. Semua orang di panggung tersenyum, begitu juga denganku.

“ Sebuah lagu terakhir..” kataku membuat penonton bersorak lebih riuh seperti ada jeritan ketidakadilan yang tersirat disana. Kupaksa mereka mendengarkan melodi pianoku, sebuah intro lagu yang beberapa minggu lalu kubuat dan belum pernah kami mainkan sebelumnya.

Lambat laun, suara mereka mereda. Lampu menyorot panggung lebih terang dari sebelumnya. Biola dari orkesta tamu kami mulai mengiringi permainanku. Suara gitar dan bas menyusul. Suara drum mengikutiku bagaikan gugahan simponi dari suatu tempat yang membahagiakan.

Aku mulai bernyanyi. Sebuah flashback tersimpan di setiap liriknya. Tentang angin yang menghembuskan rambut kecoklatannya. Tentang matanya.. senyumnya, pipinya.

Pertama kali kulihat dirinya, jari-jarinya sedang merengang selagi lengannya perlahan terangkat untuk menikmati angin dengan harum ilalang di pematang sungai pinggiran kota. Tubuhnya yang kecil itu akan terus tumbuh. Rambutnya akan memanjang. Suaranya akan lebih nyaring dari bunyi lonceng. Saat kudengar itu, dia sedang berlarian bersama anak-anak di sebuah piknik liburan musim panas.

Melodia Brisa, begitu aku menyebutnya. Aku tidak bisa memikirkan nama lain. Dia cukup dekat dengan angin. Melodi alam yang bisu namun dapat menggugah apapun untuk bernyanyi. Bagaikan malaikat surga, dia selalu menguatkanku dengan sayap-sayap transparannya.

Tangannya yang halus pernah kugenggam suatu siang jauh di atas rerumputan pegunungan. Rambutnya yang dibelai angin menerpa wajahku saat itu. Caranya menyembunyikan rasa tersipunya padaku selalu membuatku tersenyum sampai saat ini.

Dia selalu menunjukkan cerita-cerita bahagianya pada orang lain, padaku. Fantasi-fantasinya terbang melampaui bintang-bintang yang kucintai. Gerbang dunia fiksi terbuka lebar di benaknya dan dia sudah terjebak begitu lama di dalamnya. Perasaanku menjadi sangat hancur, ia tidak lagi bisa tumbuh menjadi seorang gadis dewasa. Apakah aku bisa membebaskannya?

Dia selalu benci dengan realita. Mimpi buruknya adalah kembali ke dalam realitanya sebagai manusia yang tidak dikenal. Khayalan tidak pernah bisa berjalan beriringan dengan kenyataan. Sebab terkadang kenyataan tidak mendukung apapun impianmu itu. Bagiku, “ Realita adalah realita. Mau tidak mau kita akan tetap menjalaninya.” Begitulah yang pernah kukatakan padanya ketika kekecewaan dan rasa takutku bersatu membuatku ingin menyerah saja.

Namun, aku melihatnya menangis suatu kali. Saat itu sedang turun hujan. Kutahu situasinya, seolah dia sudah tidak bisa kembali lagi ke dalam dunia khayalannya. Pintunya tertutup dan dia kebingungan mencari-cari cara untuk membukanya. Perasaanku menjadi miris walau di satu sisi aku menyukai keadaannya.

Dirinya mungkin saja sudah hampir gila. Caranya memandang dunia yang tidak biasa membuatnya tidak tahu bagaimana caranya menjalani realita, sebab dalam persepsinya kenyataan merupakan sebuah tirani.

Aku memeganginya dan tersenyum padanya. Aku berharap dia akan menemukan jawabannya. Dia tidak akan mendapatkan senyuman ini menjadi terlalu nyata dalam fantasinya. Aku mencintainya. Hal itu juga tidak akan dia dapatkan dalam fantasinya. Dia mencintaiku. Hal itu terlalu nyata bagi kami berdua. Dia fantasi tertinggiku. Apakah dia akan menganggapnya sama?



Atmosfer panas yang sebelumnya meledak di stadium perlahan berubah menyejukkan. Bintang-bintang diantara para penonton yang berkelap-kelip menghilang satu per satu hingga kegelapan menciptakan keheningan. Aku sudah kembali ke panggung menyadari bahwa kini aku juga bungkam. Tidak ada melodi yang tersisa lagi malam itu. Tepuk tangan yang sangat istimewa kemudian membahana.

Kulihat hanya ada bayangannya diantara lautan penonton malam ini. Entah dimana dia. Dia akan tumbuh menjadi lebih dewasa dan akan kunanti saat itu tiba untukku menemaninya selamanya.

Walau aku tak bisa mewujudkan dunia impiannya. Aku ingin membuatnya tersenyum dengan lagu ini, hanya itu yang dapat kulakukan.