Sabtu, 22 November 2014

Analisis Ragam Gaya Bahasa pada Puisi Tanah Api dan Gerak Sunyi Karya Adri Sandra di Tabloid STORY Edisi 47

UNTUK TUGAS BAHASA INDONESIA
Disusun oleh:
Lilis Setiyowati
Moch. Fajar Isroni
Sarwendah Noor Aishah



BAB I

PENDAHULUAN
 


A. Latar Belakang Masalah

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang indah. Di dalamnya terdapat banyak kata-kata yang penuh dengan nilai estetika yang begitu kuat. Salah satu hal yang menjadikan puisi terkesan penuh dengan keindahan adalah digunakannya gaya bahasa atau majas di dalam puisi tersebut. Tentu saja dalam hal ini sang penulis puisi tak boleh asal-asalan dalam menggunakan gaya bahasa pada puisinya.Ia harus benar-benar teliti dalam pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan pada puisinya.Hal ini akan sangat mempengaruhi makna dan kesan dari puisi tersebut.

Namun kerap kali kita masih terkesan kebingungan dalam menentukan masing-masing jenis gaya bahasa yang ada. Hal ini menjadikan kita kesulitan dalam penggunaan gaya bahasa pada saat kita ingin menulis puisi atau ketika kita sedang membaca puisi. Kita masih sering kesulitan dalam menentukan makna sebuah puisi yang sarat dengan gaya bahasa. Sehingga kita pun tak jarang menemui kesulitan dalam menangkap kesan dari puisi tersebut.

Menentukan jenis-jenis gaya bahasa pada puisi bukanlah perkara mudah. Apalagi ketika kita harus menentukan gaya bahasa apa yang dipakai dalam puisi di tabloid remaja. Tentu saja gaya bahasa yang dipakai oleh para remaja di tabloid tersebut tidaklah sama dengan puisi-puisi generasi sebelumnya. Majas yang sering kali digunakan pada puisi remaja masa kini cenderung dinamis dan makin bervariasi.

Untuk itu,kami akan menganalisis berbagai macam gaya bahasa atau majas pada puisi. Dengan demikian, kami berharap dengan kita mengenal berbagai macam majas yang dgunakan pada puisi, kita akan semakin paham dalam menangkap makna dan kesan dari sebuah puisi.



B. Rumusan Masalah

1. Apakah macam-macam gaya bahasa pada puisi karya Adri Sandra di Tabloid STORY Edisi 47?

2. Apakah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis puisi pada tabloid STORY Edisi 47?



C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui berbagai macam majas atau gaya bahasa yang digunakan Adri Sandra dalam puisinya di Tabloid STORY Edisi 47.

2. Untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan oleh penulis puisi di tabloid tersebut.


BAB II
KAJIAN TEORI



A. Diksi

Pilihan kata atau diksi adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila ada sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan, dari kata- kata tersebut kemudian dipilih yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian.

Pemilihan dilakukan bukan karena sekedar memilih kata yang tepat melainkan memilih kata yang cocok. Cocok yang dimaksud di sini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat yang memakainya.



B. Syarat Ketetapan Pemilihan Kata

Setelah menguasai kosakata, selain mengetahui makna kata, perlu memahami perubahan makna. Agar dapat memilih kata dengan akurat, ada enam syarat dan anjuran untuk melatih ketajaman pemahamannya.

1. Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi.

Contoh:

· bunga melati

· bunga bank

2. Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.

Contoh:

· pengubah

· peubah

3. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dengan ejaannya.

Contoh:

· intensif – insentif

· preposisi – proposisi

4. Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.

Contoh:

· keadilan, kebahagiaan, keluhuran

· kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan

5. Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.

Contoh:



· … antara … dan …

· … tidak … tetapi…

· … baik … maupun …

· … bukan … melainkan …


6. Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus.

Contoh:

· Kata umum: melihat.

Kata khusus: melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip, memandang, menatap, memperhatikan, mengamati, mengawasi, menonton, meneropong.



C. Gaya Bahasa

Gaya bahasa atau langgam bahasa atau juga sering disebut majas adalah cara pengarang atau seseorang yang mempergunakan bahasa sebagai alat mengekpresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya. Pada dasarnya majas dapat dibagi menjadi empat, yakni:

Ø Majas Perbandingan:

1) Personifikasi : adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup.

Contoh: Baru 3 km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.

Angin berbisik menyampaikan salamku padanya.

2) Metafora : adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh: Raja siang telah pergi

(raja siang=matahari)

3) Eufemisme (ungkapan pelembut): adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun atau tabu-bahasa (kata-kata yang pantang diucapkan).

4) Sinekdokhe:

Dapat dibedakan atas:

a) Pars pro toto,yaitu majas sinekdokhe yang melukiskan sebagaian tetapi yang dimaksud adalah keseluruhannya.

Contoh: Sudah lima hari dia tak kelihatan batang hidungnya.

b) Totem pro parte, ialah majas sinekdokhe yang melukiskan keseluruhan tetapi yang dimaksud adalah sebagaian.

Contoh: Indonesia mengalahkan Vietnam dalam final AFF U-19.

5) Hiperbola : yaitu gaya bahasa yang dipakai untuk melebih-lebihkan sesuatu.

Contoh: Keringatnya menganak sungai.

6) Simbolik: adalah gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan simbol atau lambang.

Contoh: Lintah darat harus dibasmi. (Lintah darat = rentenir)

7) Litotes (hiperbola negatif) : adalah gaya bahasa yang untuk merendahkan diri dengan menyebut keadaan yang berlawanan.

Contoh: Mampirlah ke pondok kami !

Padahal rumahnya gedung yang mewah.

8) Alusio: adalah gaya bahasa yang menggunakan karmina atau pantun kilat yang tidak diselesaikan,untuk menyampaikan suatu maksud yang tersembunyi.

Contoh: Sudah gaharu cendana pula.

Maksudnya sudah tahu tetapi masih juga bertanya.

9) Asosiasi : gaya bahasa yang menggunakan perbandingan yang menimbulkan asosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya.

Contoh: Mukanya bagai bulan penuh.

Bulan penuh bentuknya bundar. Jadi mukanya bundar.

10) Perifrasis: adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.

Contoh: Petang barulah dia pulang.

Menjadi: Ketika matahari hilang di balik gunung barulah dia pulang.

11) Metonemia : adalah majas perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang digunakan atau dikerjakan,sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.

Contoh: Kami berkodak di tepi pantai.

(berfoto dengan merk Kodak)

12) Antonomasia: adalah majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri.

Contoh: Si Gendut itu telah tiada.

Si pincang,si jangkung,si keribo,dan sebagainya.



Ø Majas Sindiran

1) Ironi: yaitu gaya bahasa yang menggunakan bahasa sindiran halus.

Contoh: Banyak benar uangmu.

(Padahal uangnya sedikit)

2) Sinisme: yaitu gaya bahasa yang menggunakan sindiran tajam

Contoh: Sakit telingaku mendengar suaramu.

(Suaranya tidak mengenakkan).

3) Sarkasme: adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan bahasa cemooh yang kasar,bahkan kadang-kadang merupakan sumpah serapah atau kutukan.

Contoh: Cis! Jijik aku melihat kamu !



Ø Majas Penegasan

1) Pleonasme: adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata yang sama maksud dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh: Naiklah ke atas ! (ke atas sudah berarti naik).

2) Repetisi: adalah gaya bahasa penegasan dengan mengulang kata yang dipakai dalam pidato atau karangan prosa.

Contoh: Bukan harta yang kita harapkan.Bukan pangkat dan kedudukan yang kita kehendaki,melainkan budi pekerti yang tinggi.

Adakah suaraku kau dengar? Adakah petunjukku kau ikuti.Adakah nasehatku kau pegang teguh?

3) Tautologi: adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kata-kata yang sama artinya (bersinonim) untus mempertegas arti.

Contoh: Saya khawatir serta was-wasakan keselamatannya.

4) Paralelisme : yaitu gaya bahasa pengulangan dalam puisi.Paralelisme dibagi atas dua macam,yaitu:

ü Anapora,pengulanganawal baris puisi:

Contoh: Ada padang ada belalang

Ada usaha pasti menang

ü Epipora ,pengulangan kata akhir baris puisi:

Contoh: Orang ramai mengalir juga

Pekik-sorak bersahut juga

5) Klimaks : yaitu gaya bahasa yang melukiskan keadaan yang semakin menaik.

Contoh: Hujan rintik-rintik,gerimis,makin deras,dan akhirnya bagai dicurahkan dari langit.

6) Antiklimaks : yakni gaya bahasa yang melukiskan keadaan makin menurun

Contoh: Bukan seribu,bukan seratus,tapi hanya satu yang aku minta.

7) Koreksio: adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang lebih tepat sebagai koreksi terhadap kata yang dipakai dahulu.

Contoh: Ia berdaya upaya,bekerja keras untuk mencapai cita-citanya.



Ø Majas Pertentangan

1) Antitesis : adalah gaya bahasa pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.

Contoh: Hidup matinya seseorang ada di tangan Tuhan

2) Paradoks : adalah gaya bahasa pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak bertentangan karena objeknya arti.

Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.

3) Okupasi : adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan bantahan,tetapi kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.

Contoh: Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya.





BAB III
PEMBAHASAN



Pada bab pembahasan ini, kami akan menganalis secara lebih mendalam mengenai gaya bahasa yang terdapat pada beberapa puisi karya Adri Sandra yang terdapat pada Tabloid STORY Edisi 47.



Puisi I

TANAH API

Karya : Adri Sandra



Ada yang berkobar ,searah jarum jam

Waktu yang menjilati lidah matahari,sebuah jalan ganda

Persimpangan antara duri dan batu-batu

“Mantel hitam,bantal dari cuaca keruh dan buram!”

Dan mendung menanggalkan jubah itu,saat angin terpaku

Tergantung antara langit dan bumi



Bumi itu; orang-orang membakarnya, dari curam jam

Waktu yang panas, matahari membeku jadi salju

Di atas tanah terbakar, liar musim membawa asapnya

Menggulung setiap mimpi, memamah bara di kegelapan

“Lihatlah! Matahari yang dingin, memasang mantel itu!”

Suara itu mendaki ,dalam lipatan bulan dan tahun

Debu bertabur jadi racun yang gurun



Di tanah api; orang-orang menyusun rangka-rangka sungai

Laut dan danau, membakar dan menelan abunya

Membaringkan seluruh bayang-bayang di dingin kilau

“O,setiap yang lahir dan mati dalam api”

Dan bumi memancarkan cahayanya ke matahari

Terdinding kepulan asap tanah sendiri





Analisis Puisi I



1. Majas Personifikasi

Pada baris kedua bait pertama puisi di atas terdapat gaya bahasa perbandingan, yaitu majas personifikasi.

Waktu itu menjilati lidah matahari, sebuah jalan ganda.

Pada kalimat tersebut kata waktu yang notabene adalah bukan benda hidup diibaratkan dapat bergerak, hidup, karena dapat menjilati sesuatu. Selain pada baris kedua baris pertama itu, majas personifikasi juga terdapat pada baris ke-2 dan ke-3 bait ketiga.

Laut dan danau,membakar dan menelan abunya

Membaringkan seluruh bayang-bayang di dingin kilau

Pada dua kalimat tersebut kata laut dan danau dilukiskan dapat bergerak dan melakukan sesuatu seperti manusia karena diumpamakan dapat membakar, menelan, dan membaringkan sesuatu seperti halnya makhluk hidup.



2. Majas Simbolik

Majas simbolik juga dapat ditemukan pada puisi tersebut. Tepatnya pada baris pertama bait ke-1.

Ada yang berkobar, searah jarum jam

Pada kata searah jarum jam, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penulis berusaha untuk melukiskan kata waktu dengan simbol jarum jam. Karena waktu dan jarum jam sangat berkaitan erat sehingga waktu dapat dibandingkan dengan jarum jam.



3. Majas Metafora

Penggunaan majas metafora dapat kita ketahui dari baris pertama bait pertama pada puisi di atas.

Di tanah api; orang-orang menyusun rangka-rangka sungai

Kata tanah api yang digunakan oleh penulis menggambarkan bumi yang panas. Hal ini dapat kita ketahui karena pada hakikatnya tanah yang dimaksud merupakan gambaran dari bumi ini. Dan api pada dasarnya merupakan sesuatu yang panas, sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah api merupakan gambaran dari bumi ini yang udaranya kian panas.



Pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui puisi yang berjudul Tanah Api adalah agar manusia menjaga bumi tetap lestari. Penulis mengungkapkan dari kalimat orang-orang membakarnya, yang berarti tidak lain bahwa manusia sendirilah yang membuat bumi rusak dengan kegiatan ilegal logging dan sebagainya. Akhibatnya terjadi kebakaran hutan, banjir bandang, efek gas rumah kaca yang menjadikan suhu permukaan bumi meningkat. Dan akan semakin panas seiring waktu bila manusia terus melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Parahnya lagi hal- hal tersebut dapat mengakibatkan akhir dari kehidupan manusia juga dunia.


Puisi II

Gerak Sunyi

Karya : Adri Sandra



Pagi, sunyi tersandar di dinding cahaya

Kulihat engkau meminum embun, menangkap gigil dingin

Dan melepaskan kembali, bergulung dalam rangka- rangka angin



“ O, gerak sunyi; suatu ketika engkau memandang dirimu

Merayap dalam pendar cerminku”



Hanya bayang- bayang memantul, dan di sayap burung

Kita catat seluruh ikhwal dan tanda-tanda, membuhulkan di dahan waktu

Dari awal kelahiran, ke awal kematian, bermuara di tangan yang Satu


Analisis Puisi II



1. Majas Simbolik

Kami temukan pada bait ke dua, baris ke dua terdapat gaya bahasa perbandingan, yaitu majas simbolik.

Merayap dalam pendar cerminku

Pada baris yang berbunyi merayap dalam pendar cerminku bermakna refleksi diri di masa lalu. Dimana kata cermin biasa kita gunakan untuk menggambarkan diri untuk berbenah dari hal yang bersifat negatif.

Hanya bayang-bayang memantul, dan di sayap burung

Kata sayap burung merupakan lambang sebuah tempat untuk bernaung atau berlindung.

Dari awal kelahiran, ke awal kematian, bermuara di tangan yang Satu

Kata yang Satu melambangkan Tuhan Yang Maha Esa.



2. Majas Metafora

Majas metafora ditemukan pada bait ke-2 baris pertama.

O, gerak sunyi; suatu ketika engkau memandang dirimu

Kata gerak sunyi diartikan sebagai waktu. Kata gerak dihubungkan sebagaimana waktu pasti akan terus berjalan. Dan kata sunyi dihubungkan sebagaimana pergerakan waktu tidak dapat didengar

Dari awal kelahiran, ke awal kematian, bermuara di tangan yang Satu

Selain terdapat majas simbolik, kami menemukan majas metafora pada kalimat bermuara di tangan yang Satu. Kata muara diartikan sebagai asal-muasal. Sehingga berarti semua yang terjadi dari sebuah kehidupan, awal hingga akhir, Tuhanlah yang memiliki rencana.



Pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui puisi yang berjudul Gerak Sunyi adalah bahwa waktu merupakan saksi dari perubahan zaman dan peristiwa. Dimana dapat kita pahami dari dua baris terakhir dari bait pertama:



Kulihat engkau meminum embun, menangkap gigil dingin

Dan melepaskan kembali, bergulung dalam rangka- rangka angin



Dan dari baris ke dua bait ke tiga:

Kita catat seluruh ikhwal dan tanda-tanda, membuhulkan di dahan waktu



Dari baris terakhir bait terakhir: Dari awal kelahiran, ke awal kematian, bermuara di tangan yang Satu, menyampaikan pesan bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini tidak lain pasti ada campur tangan dari rencana Tuhan. Jadi dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang telah terjadi atau sebuah sejarah merupakan kehendak Tuhan yang tidak dapat diubah.





BAB IV
PENUTUP



A. Simpulan

1. Macam-macam majas yang digunakan Adri Sandra dalam dua buah puisinya di majalah STORY EDISI 47 adalah sebagai berikut:

Pada puisi pertama yang berjudul Tanah Api terdapat majas personifikasi, majas simbolik dan majas metafora.

Pada puisi kedua yang berjudul Gerak Sunyi terdapat majas simbolik dan majas metafora.

2. Pesan yang ingin penulis puisi Tanah Api sampaikan adalah agar manusia menjaga bumi untuk tetap lestari. Dan pesan dari puisi Gerak sunyi adalah bahwa hal-hal yang telah terjadi atau sebuah sejarah merupakan kehendak Tuhan yang tidak dapat diubah.



B. Saran

1. Pelajarilah karya sastra dengan sungguh-sungguh, terutama puisi. Karena di dalam karya sastra puisi terdapat banyak hal menarik yang dapat kita pelajari, seperti keindahan gaya bahasanya, isi maksudnya serta amanat/ pesannya.

2. Menulis karya sastra adalah hal yang sangat menyenangkan dan dapat meningkatkan motivasi diri untuk bergelut dalam dunia sastra bahkan menjadi sastrawan. Mulailah menulis dan tingkatkan prestasi dalam belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar